Bagaimana jika seorang
guru membalaskan dendamnya padamu dengan menyuntikkan darah suaminya yang
terinfeksi HIV pada susu yang kau minum ketika awal kelas dimulai? Dan seiring
penjelasan sang guru, kau akhirnya tahu kenyataannya. Apa yang kau rasakan?
Ini adalah kisah dari
salah satu film favorit saya: Confession. Film asal negara sakura ini menjadi
perwakilan Jepang dalam seleksi penghargaan Academy
Awards beberapa tahun silam. Gabungan antara drama, thriller yang cantik,
ditambah ketegangan sepajang film sukses menyihir saya ketika awal menonton.
Namun, bukan itu yang ingin saya bahas sekarang, melainkan nasib salah satu
tokohnya.
Diceritakan setelah
meminum ‘susu HIV’ tersebut, Naoki berdiam diri saja di rumah. Semua salah di
matanya. Ia tidak ingin mandi, makan, maupun melakukan kegiatan lain. Yang ia
lakukan adalah mengurung diri. Ia tidak ingin apa yang ia lakukan bisa menulari
orang tuanya. Miris bukan? Ibunya punsama. Melihat Naoki yang seperti itu, ia
berusaha menghiburnya. Namun kelakuan Naoki membuat ia semakin merasa tertekan.
Dan pada akhirnya...... tonton sendiri dong.
Nah, kenapa saya
berbicara panjang lebar tentang film tersebut? Saya tiba-tiba teringat begitu
saja ketika menghadiri acara workshop bloger #SayaBerani #SayaSehat yang diadakan
oleh Kementrian Kesehatan Senin (4/12) lalu di Hotel Exelton. Workshop ini
digelar sebagai bagian dari perayaan hari AIDS sedunia setiap tanggal 1
Desember. Hari itu, saya sudah bersemangat datang pagi-pagi untuk ikut
workshop. Lebih-lebih karena panitia bilang ada tes kesehatan gratis yang
tersedia di sana.
But
anyway, setelah proses registrasi selesai, akhirnya acara
dimulai kurang lebih pukul sembilan. Ada tiga pembicara utama Bapak Indra Rizon, SKM M.Kes selaku Kepala Hubungan
Media dan Lembaga Biro Komunikasi & Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI, Ibu dr.
Endang Budi Hastuti selaku Kasubdit HIV AIDS dan PIMS Direktorat Pencegahan
Penyakit Menular Langsung (PPML) Kemenkes RI, dan Bapak Feri Yanuar, SKM, MKes
selaku Kabag P2P Dinkes Prov Sumsel, Feri Yanuar, SKM, MKes. Selain itu ada
juga Mbak Ayu, seorang ODHA produktif yang membagi kisahnya.
PERILAKUMU PENYAKITMU?
Pada sesi pertama
pemaparan dari Kemenkes RI, ada satu hal yang sangat digarisbawahi: banyak
penyakit saat ini ada berdasarkan perilaku kita sendiri. Penyakit seperti jantung
dan diabetes sangat mungkin menjangkiti tubuh kita karena gaya hidup kita yang
tidak sehat. Bahkan, HIV/AIDS pun demikian. Saya pun tercengang ketika tahu ada
240.000-an kasus HIV yang ada di Indonesia yang artinya sekitar 40.000-an
terjangkit HIV per tahun.
Pergeseran tren pola
penyakit ini tentunya disadari pemerintah loh. Nah, untuk itulah pemerintah
meluncurkan program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Inti dari program
ini sih untuk mengajak semua elemen bangsa meningkatkan kualitas hidup melalui
tindakan-tindakan agar tercipta masyarakat yang memiliki gaya hidup yang lebih
sehat.
Fokus Germas (Sumber Kemenkes) |
Cara melakukan hidup
sehat itu cukup mudah seperti beraktivitas fisik, makan buah dan sayur (i tried but i’ll try again), dan yang
paling penting: jangan takut untuk tes kesehatan minimal 6 bulan sekali! Dengan
pemeriksaan berkala, penyakit yang menjangkiti bisa diketahui secara lebih
cepat sehingga penanganan bisa dilakukan semenjak dini. Sejujurnya sih gaya
hidup saya memang nggak terlalu bagus. Ketika mendapatkan materi tentang ini,
saya jadi banyak ‘sadar diri’. Semoga ke depannya bisa melaksanakannya. AAMIIN!
HIV/AIDS (BUKAN) MOMOK
Balik ke masalah
HIV/AIDS, sesi kedua ini, workshop membahasnya lebih dalam. Ibu Endang
menuturkan tentang virus ini kepada kami. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, kasus HIV di Indonesia yang tercatat lebih dari 240.000 dan
kebanyakan diidap oleh laki-laki. Bahkan, virus ini sudah mulai merajalela di
kaum remaja, loh! Hal ini karena remaja masih cenderung rentan dengan emosinya,
faktor keluarga, lingkungan yang nggak kondusif, bahkan juga perkembangan
teknologi. Persis Naoki.
Namun yang berbeda,
Ibu Endang bilang bahwa pengidap HIV bisa melakukan aktivitas seperti biasa.
Kita nggak bisa membedakan orang-orang dengan virus HIV dengan mata telanjang.
Kita bisa hidup berdampingan dengan mereka. Dan asal kalian tahu, HIV juga
nggak mudah menular loh. Cara penularannya terbatas! Hoax-hoax yang beredar di
masyarakat selama ini seperti HIV menular lewat gigitan nyamuk, tusuk gigi,
atau hal-hal remeh lainnya ternyata sama sekali nggak benar.
Penularan terbatas. (Sumber Kemenkes) |
Ingat! (Sumber Kemenkes) |
Dan satu lagi, HIV ADA
OBATNYA! *pukpuk Naoki* Terapi ARV memungkinkan penderita HIV/AIDS memiliki
jangka hidup yang lebih panjang bahkan produktif ASAL DIMINUM TERATUR. ARV
menekan jumlah virus yang ada di dalam tubuh penderita sehingga mau nggak mau
harus diminum selama ia hidup. Dan sampai saat ini, pemerntah masih menjamin
penyediaan obat ARV loh. :_)
Saya jadi berpikir, jika
Naoki dan ibunya dalam film Confession di atas tahu mengenai fakta-fakta ini,
mungkin akhir dari ceritanya bakal berubah. HIV/AIDS bukanlah hal yang
menakutkan seperti stigma masyarakat dulu. Bahkan, HIV kini ada obatnya!
Hidup dengan HIV?
Siapa bilang hidup
dengan HIV adalah lonceng hukuman mati bagi penderitanya? Ternyata nggak kok.
Saya menyaksikan sendiri Mbak Ayu, seorang aktivis sekaligus penderita HIV
dapat menjalani hidupnya dengan amat sangat normal. Beliau mendapatkan virus
itu dari almarhum suaminya beberapa tahun silam dan hingga saat ini, dengan
pengobatan yang tepat, ia terlihat sehat tanpa kurang sedikitpun. Bahkan ia
yang juga aktif menulis blog ini sudah menikah dengan seorang pria yang bukan
pengidap HIV.
Kok bisa?
Seperti yang dibilang
tadi, jika kita tahu lebih dalam tentang virus ini, semunya dapat
diperhitungkan, kok. Mbak Ayu membuktikannya. Ia berbagi cerita bagaimana dulu
ia tidak mengetahui apa-apa tentang HIV/AIDS, lalu hanya bisa mengurung diri
seperti tokoh Naoki. Namun, ia tidak menyerah. Ia lalu bangkit dan hingga
sekarang, voila... SHE’S ALRIGHT! Ia juga berbagi kisah bagaimana
stigma masyarakat kadang membuatnya terluka. Tapi, ia lebih memilih untuk
membalasnya dengan karya dan data. Hal yang sama pun dilakukan oleh ODHA
lainnya, Mas Antonio Blanca. Bahkan kisah hidup Mas Antonio dibikin film sampai
ke luar negeri! Hebat bukan?
Satu hari terasa amat
singkat senin kemarin. Saya banyak sekali mendapat informasi-informasi baru.
Paradigma-paradigma saya tentang HIV dulu terkikis oleh kebenaran-kebenaran
baru. Jika dalam film Confession akhirnya cukup tragis, bukankah saatnya jika
kita lebih sadar tentang HIV ini, akhir dari kisahnya bisa kita tentukan
sendiri? #SayaBeraniSayaSehat
Tidak ada komentar
Posting Komentar