Pertunjukkan wayang
selalu identik dengan kesenian Jawa. Tapi di Palembang, Sumatera Selatan ada
satu seni pertunjukan yang juga serupa.
Gambar diambil dari sini |
Wayang Palembang adalah
pertunjukan tradisional khas Palembang yang diperkirakan tumbuh sejak beberapa
abad yang lalu. Beberapa sumber mengatakan bahwa Wayang Palembang mulai ada saat
Arya Damar yang berkuasa di Palembang saat itu mulai terpengaruh budaya
Palembang. Lambat laun, kesenian ini tumbuh dan berkembang sesuai dengan
karakter lokal kota Palembang.
Dalam pagelarannya,
Wayang Palembang biasanya diiringi oleh seperangkat Gamelan berlaras pelog
dengan caturan atau gending yang memiliki bentuk dan harmoni yang telah diolah
sedemikian rupa dan tanpa sinden atau penyanyi tradisional. Musik yang
mengiringi wayang Palembang berbeda dengan bunyi-bunyi yang dikeluarkan gamelan
Jawa. Pukulannya bergerak dari kanan ke kiri, berbeda dengan Jawa dari kanan ke
kiri. Dari segi warna wayangnya pun berbeda. Warna wayang Palembang kuning
tembaga, bukan keemasan seperti di wayang Jawa.
Dari segi cerita,
pertunjukan wayang Palembang menampilkan cerita yang hampir sama dengan wayang
Jawa yaitu sekitar Mahabarata dan Ramayana namun mendapat gelar sesuai nama
khas daerah seperti Wak atau Raden.
Bahasa yang digunakan sebagai dialog pun adalah bahasa Palembang halus yang
dicampur bahasa sehari-hari. Perilaku tokohnya juga lebih bebas dibanding
wayang Jawa yang ketat dengan pakem klasik.
Kesenian ini
perlahan-lahan mulai tenggelam. Gaungnya sudah tidak terdengar lagi hingga pada
tahun 2005, UNESCO memberikan bantuan untuk melestarikan kesenian ini berupa
seperangkat gamelan dan wayang untuk menghidupkan kembali pertunjukkan ini. Namun
tampaknya, upaya ini masih belum membuahkan hasil.
Sejujurnya, saya pun
baru mengetahui keberadaan Wayang Palembang beberapa tahun ini. Itu pun
dikarenakan tugas dari sekolah untuk mencari kesenian dan kebudayaan Sumatera
Selatan. Jika banyak yang menulis tentang tari-tarian dan kebudayaan lainnya,
entah mengapa tidak ada seorang pun yang tertarik mengambil Wayang Palembang
sebagai bagian dari kebudayaan Palembang. Ada beberapa sebab pentingnya. Wayang
Palembang—apalagi bagi generasi sekarang terdengar amat asing di telinga.
Mungkin inilah potret keberadaannya di masyarakat Palembang.
Selama ini Palembang
masih terkenal dengan wisata kuliner seperti pempek, atau wisata sungai Musi
sehingga. Dalam acara-acara kebudayaan, sangat jarang—bahkan hampir tidak
pernah terdengar pementasan Wayang Palembang. Masyarakat Palembang pun mungkin
tidak akan tahu jika ada kesenian ini.
Sekarang, Wayang Palembang
telah menjelma seperti barang usang yang tergeletak begitu saja di sudut paling
dalam lemari yang berdebu tebal. Terlalu sayang untuk dibuang, namun terlalu
malas untuk dipedulikan. Sebenarnya, kesenian dan kebudayaan tidak seharusnya menghilang.
Melupakan budaya sama saja seperti menghilangkan jati diri sendiri. Seni dan udaya
yang ada lalu berkembang dari beberapa waktu silam tak dapat dibantah telah
menjadi cerminan dari kita, tentang bagaimana kita hidup di dalam sebuah
ekosistem yang terikat. Sebagai contoh kebudayaan Palembang pasti berbeda
dengan kebudayaan Jawa. Bahkan, dalam kasus beda batas wilayah namun tetap satu
provinsi seperti Palembang dan Banyuasin kebudayaannya pun berbeda. Tatanan
masyarakat dan bagaimana bersikap terhadap sesama pun itu tergantung pada
budaya setempat. Seperti Wayang Jawa yang lebih memperhatikan pakem kesopanan
dengan bahasa yang magis dan berbeda dengan Wayang Palembang yang lebih santai
dan bebas, kebudayaan itu merasuk dalam diri kita, baik sadar maupun tidak
sadar.
Kebudayaan—apapun bentuknya,
selalu mengajarkan kita untuk bersikap. Tak seharusnya budaya seperti Wayang
Palembang punah dan musnah ditelan peradaban. Adalah tugas kita semua, bukan
hanya pemerintah untuk membangkitkan kesenian ini. Langkah nyatanya cukup
sederhana. Dimulai dengan kita mengakui keberadaannya agar semua orang bisa
tahu bahwa ada kesenian ini di Palembang. Caranya seperti menuliskannya di blog ini.
Karena, jika bukan
kita, siapa lagi?
Sumber:
https://www.facebook.com/notes/wayang-nusantara-indonesian-shadow-puppets/wayang-palembang-nasibmu/215668541109/
http://zainbie.com/sejarah-kesenian-wayang-palembang/
http://budaya-indonesia.org/wayang-kulit-palembang/
http://www.palembang-tourism.com/berita-435-wayang-kulit-palembang.html
http://palembang.tribunnews.com/2013/11/21/ternyata-palembang-punya-wayang
http://kidnesia.com/Indonesiaku/Teropong-Daerah/Sumatera-Selatan/Seni-Budaya/Wayang-Kulit-Asal-Palembang
Tidak ada komentar
Posting Komentar