Judul: Spora
Penulis: Ahmad Alkadri
Penerbit: Moka Media
Halaman: 238 halaman
Terbitan: Oktober 2014
Blurb :
Di suatu pagi, Alif menemukan sesosok mayat tergeletak di lapangan sekolahnya. Kepalanya pecah berkeping-keping. Sejak itulah, mimpi buruk Alif dimulai. Satu per satu orang di sekitar Alif jatuh menjadi korban, mati dalam kondisi mengenaskan tanpa diketahui penyebabnya. Polisi mulai melakukan penyelidikan dan mencurigai keterlibatan Alif. Bersamaan dengan itu, masa lalu Alif yang kelam datang untuk menghantuinya kembali.
Monster itu telah bangkit.
Dan ia takkan berhenti membunuh hingga manusia terakhir mati.
Penulis: Ahmad Alkadri
Penerbit: Moka Media
Halaman: 238 halaman
Terbitan: Oktober 2014
Blurb :
Di suatu pagi, Alif menemukan sesosok mayat tergeletak di lapangan sekolahnya. Kepalanya pecah berkeping-keping. Sejak itulah, mimpi buruk Alif dimulai. Satu per satu orang di sekitar Alif jatuh menjadi korban, mati dalam kondisi mengenaskan tanpa diketahui penyebabnya. Polisi mulai melakukan penyelidikan dan mencurigai keterlibatan Alif. Bersamaan dengan itu, masa lalu Alif yang kelam datang untuk menghantuinya kembali.
Monster itu telah bangkit.
Dan ia takkan berhenti membunuh hingga manusia terakhir mati.
*
Sebelumnya aku mau mengucapkan terima kasih terlebih dahulu untuk mbak Dyah Rinni dan tim MokaMedia untuk membiarkanku me-review novel Spora ini! ^^
Jadi, novel Spora ini tentang apa?
Kalau dari judulnya, Spora, pasti kebanyakan orang akan menebak bahwa ini ada hubungannya dengan jamur (karena jamur berkembang biak dengan cara menebarkan spora). Sebetulnya nggak salah. Novel ini menyajikan cerita jamur namun dengan kelas yang berbeda.
Cerita ini bermula ketika sang tokoh utama, Alif, yang menemukan seonggok mayat dengan kepala yang hancur berkeping-keping. Sejak saat itu, mayat demi mayat ia temukan dengan kondisi yang sama: kepalayang hancur berkeping-keping. Namun anehnya, selalu Alif yang menemukannya terlebih dahulu dan membuat polisi mulai curiga bahwa ia adalah pelakunya.
Jauh sebelum itu, sekelompok delegasi KIR sekolah baru pulang dari hutan tropis Brazil untuk menghadiri sebuah konferensi ilmiah. Nyatanya, ada beberapa orang dari mereka membawa sebuah jamur jahat. Jamur yang pelan-pelan menyebarkan teror satu sekolah.
So, bagaimana nasib Alif selanjutnya?
Sejujurnya, aku bukan penggemar bacaan horor. Aku lebih menikmati bacaan dengan genre thriller yang semua kejadian dapat dijelaskan dengan logika atau ilmiah. Tapi, hal yang membuatku tertarik membaca novel ini adalah sampul dan embel-embel KIR. Sampulnya sangat menarik dan aku adalah anggota KIR. Jadi, penasaran bagaimana penulis mengolah ceritanya. :D
Secara garis besar, aku cukup menikmati alur cerita yang disajikan dalam novel ini. Idenya menarik tentang jamur yang membuat Anda menjadi zombie. Akan tetapi, awal-awal cerita terasa begitu lambat dan efek 'horor'-nya itu baru aku temukan di pertengahan cerita. Selain itu juga, idenya walau menarik tampak tidak tereksekusi dengan baik. Aku tahu bahwa jamur yang dipakai dalam novel ini adalah fiksi. Akan tetapi, fakta bahwa jamur itu dapat mengendalikan pikiran, mengetahui segala hal yang terjadi, bahkan memanipulasi mimpi... agak kurang bisa diterima logikaku. Mungkin akan lebih baik jika jamur tersebut dibuat hanya seperti monster beneran. Nggak manusiawi. Hobinya memangsa dengan memakan kepala korbannya? Aku rasa ini akan lebih mencekam.
Dan juga, dengan tebal hampir 240 halaman, aku menyayangkan karakter Alif tidak tergali dengan cukup baik. Padahal masa lalunya sangat menarik untuk ditelisik dan dijadikan pondasi cerita yang lebih kuat dibanding dengan apa yang telah tersaji. Alasan Alif 'susah' untuk terkontaminasi pun terkesan 'oh gitu saja?'. Jika ada penjelasan 'ilmiah' yang mampu dijelaskan penulis (walaupun fiksi) mengenai hubungan tersebut, aku yakin ceritanya akan lebih masuk akal dan menarik. Untuk itulah aku lebih suka karakter Alif dibuat jadi anggota KIR saja agar dapat dipandang dari kacamata yang logis dan ilmiah. :p
Akhir dari novel ini cukup baik. Walaupun nggak semuanya clear seperti motivasi oknum yang membawa jamur itu ke sekolah, akan tetapi cukup memberikan gambaran tentang teka-teki teror jamur tersebut di sekolah. Selain itu juga, pesan-pesan moral yang disamarkan dalam novel ini cukup mampu diterima dengan baik buatku.
Satu nilai plus dari novel ini adalah dongengnya. Jika itu adalah dongeng yang dibuat oleh penulis sendiri, aku sangat salut. Bagiku, nggak mudah menciptakan dongeng yang menarik. Akan tetapi, penulis berhasil membuatnya. Jikalau dongeng itu dibuat oleh orang lain, maka aku tetap salut dengan penulis karena mampu membuat cerita yang relevan dengan dongeng tersebut.
Secara keseluruhan, untuk label novel horor remaja, Spora merupakan novel yang cukup memuaskan. Meskipun ada beberapa bagian yang kurang, akan tetapi, Spora mampu menjadi bacaan yang menarik dan membuatku tak bisa berhenti membaca sampai lembar terakhir. Untuk itulah, aku menantikan buku Alkadri selanjutnya! ^^
P.S Buat Spora 2 gitu... :p
3/5 Bintang. :D
sebenernya mengenai sporanya sendiri kayak nya terinspirasi dari jamur cordyseps yang dapat mengendalikan hewan
BalasHapus