Penulis: Riawani Elyta & Syila Fatar
Penyunting: Dyah Utami
Penerbit: Moka Media
Cetakan: Pertama, 2014
Jumlah hal.: vi + 296 halaman
Blurb:
Ia datang untuk mengungkap masa lalu.
Areta bukanlah gadis biasa.
Ia terobsesi pada fosil manusia purba Pithecanthropus erectus hingga suatu hari ia menemukan bahwa manusia purba itu belum punah.
Hanya untuk menemukan....
Penyelidikan Areta membawanya ke Trinil, Jawa Timur. Ia berusaha mencari kebenaran dan mengungkapkan rahasia yang disimpan neneknya. Namun rasa ingin tahu justru membawanya pada petualangan yang paling berbahaya.
Bahwa mereka datang untuk menghancurkan masa depan.
Bangsa Pithe bukan hanya kembali ke bumi. Mereka datang dengan misi untuk menguasai bumi dan menciptakan generasi baru di bumi, meski untuk itu manusia harus tersingkir dan punah.
Areta tak punya pilihan lain kecuali berjuang mati-matian. Karena sekarang, ini bukan hanya tentang nyawanya.
Ini tentang masa depan planet bumi.
***
Pertama kali baca judul novel ini, Gerbang Trinil, yang ada di dalam pikiranku: "Apa itu Trinil?" Nama Trinil begitu Indonesia dan asing di telinga. Setelah browsing ternyata Trinil adalah nama sebuah situs paleoantropologi di Indonesia yang menjadi tempat ditemukannya manusia purba Pitchechantropus erectus oleh Eugene Dubois (pengetahuan baru!) Dan karena hal itulah aku tertarik untuk membacanya.
Secara garis besar, novel ini menceritakan tentang seorang gadis pecinta fosil bernama Areta yang berhadapan langsung dengan kaum Pitche yang ingin menghancurkan Bumi. Kisah dimulai saat Areta mengunjungi neneknya yang berada di Trinil untuk tugas sekolah. Meskipun ia ditentang orang tuanya, Areta tetap saja pergi. Namun, setelah berada di sana, ia bertemu dengan rahasia yang disimpan neneknya sendiri.
Merasa masih ada yang janggal, ia memutuskan untuk kembali ke Trinil beberapa hari kemudian. Suatu malam, ia melihat sang nenek bersama beberapa orang mengitari sebuah 'gerbang' yang terbuat dari gading gajah. Ada cahaya yang muncul dari atas dan munculah sosok Pitche yang membawa Areta pergi dan mengklaim bahwa Areta adalah ratunya.
Mulai dari sini, petualangan Areta membebaskan diri dan menyelamatkan Bumi dimulai. :D
Pertama-tama, aku sangat suka dengan sampul buku ini! TOP! Sangat futuristik dengan embel-embel 'novel sci-fic' di atasnya. Sangat mencerminkan isi bukunya. Ide yang diambil juga sangat menarik karena mencerminkan unsur lokalitas sejarah Indonesia dan fantasi tentang alien. Cara bercerita antar plotnya juga mulus dan menjadi enak untuk dibaca. Suasana deskripsinya juga jelas sehingga kita dapat membayangkan gimana 'dunia alien' dan 'teknologi masa depan' yang ia punya. Nggak ribet dan cukup oke. Masih bisa diterima akal. :p
Karakter dari Areta sendiri menurutku berkembang dengan baik. Dari gadis yang 'cuek' terhadap orang lain, setelah diculik alien jadi suka bersosialisasi. Areta juga nggak dikisahkan sebagai cewek manja, cengeng, dan gampang putus asa. Ia brilian, punya banyak rencana dan cenderung pemberani. Ini juga yang aku suka. ^^
Akhir cerita yang diberikan pun nggak terlalu klise malah nggak tertebak menurutku. Not a bad ending. oh ya, ada ilustrasi yang membuat novel ini semakin menarik.
Yang membuatku sedikit kecewa adalah pengkarakteran tokoh lainnya. Hmm.. Karena cerita berpusat pada Areta maka emang wajar sih karakter Areta yang menonjol. Akan tetapi, karakter yang aku kira bakalan penting seperti Harry Dubois nggak dikasih porsi yang cukup di novel ini. Padahal seru tuh kalo Harry Dubois juga ikut petualangan Areta karena dia (dan ayahnya) yang pertama kali memberi petunjuk atas keberadaan Pitche.
Selain itu juga, novel ini memiliki banyak typo. Agak mengganggu sih. Tapi, ya nggak apa-apalah karena ceritanya menarik.
Untuk bacaan fantasi-lokal (mengutip kata penulisnya) maka ini adalah awal yang sangat baik. Eksekusi dari idenya oke dan gaya berceritanya sangat cocok bagi kaum remaja. Aku sih sangat suka dan antusias dengan buku dengan tema seperti ini yang ditulis oleh orang Indonesia. Pokoknya, suka. ^^
4/5 bintang. :p
Tidak ada komentar
Posting Komentar