NAOMI
Tujuh
hari di Seoul sudah cukup bagi Naomi untuk mengenal kota tersebut.
Masyarakatnya, makanannya, bahkan Naomi sudah bisa brsahabat dengan dinginnya
musim dingin di Seoul. Dan hari ini, hari pertama Naomi bekerja di Seoul
Design, sebuah perusahaan design terbaik di Korea.
Selama
ini Naomi hanya menuangkan design-design kreatif buatan tangannya di blognya.
Hasil yang diperolehnya itu cukup lumayan. Hingga suatu saat, Yuuri menawarkan
pekerjaan itu, Naomi pun menerima.
Di
depan apartemen, Naomi mengecek semua perlengkapan yang di bawahnya. Sebuah
notebook, kertas, papan untuk menggambar, pensil, dan handphone.
"DOMPET!"
Naomi menepuk keningnya. "Bisa-bisanya aku lupa hal yang paling
penting!"
Naomi
berlari menuju kamarnya yang terletak di apartemen Yuuri. Naomi memang masih
menumpang dengan Yuuri. Dia belum memiliki tempat tinggal sendiri. Yuuri sudah
pergi ke luar kota untuk bekerja 2 hari lalu. Lalu tinggallah Naomi sendiri di
apartemennya.
Naomi
mengacak-ngacak kamar lalu mencari. Di lemari, di kopernya yang masih tersusun
rapi. Tidak ada. Raut muka Naomi mulai cemas hingga akhirnya dia sadar.
"Ah.
Dompet kan ada di kantung celanaku."
Naomi
malu sendiri. Setelah membereskan kekacauannya, dia melihat jam di dinding
ruangan.
"Aku
bisa telat!" Naomi bergegas berlari keluar, mencari angkutan lalu
berangkat ke kantornya.
Hari
pertama bekerja, let we see..
***
LEE
JENGSU
Lee
Jengsu melompat dari tidurnya ketika suara berisik yang sudah lama dikenalnya
membangunkannya. Suara Kim Su Han. Bergegas dia menyambar handuk dari lemari
apartemennya lalu masuk ke kamar mandi. Dia tahu, jika managernya itu sudah
bersuara, pastilah sesuatu yang buruk akan terjadi.
Selalu
begitu.
Setelah
mandi selama 3 menit (waw, rekor baru!) Jengsu bergegas mengenakan pakaian
seadanya. Jeans hitam dengan kaos berkerah V bewarna senada dengan detail sayap
di bagian punggung menjadi pilihannya. Dipadukan dengan jaket tebal berwarna
coklat muda, kesukaannya.
Jengsu
berlari menuju ruang tamu apartemennya, lalu mendapati sosok yang tadi
membangunkannya.
"Kamu
tahu ini jam berapa?" laki-laki itu berbicara tanpa menatap Jengsu.
Kemudian menyilangkan tangannya.
Jengsu
berjalan ke arah mini bar di depan ruang tamunya. Apartemen mewah untuk seorang
artis terkenal.
"Hei,
aku tidur larut semalam. Insomniaku kambuh." Jengsu mengelak.
"Mabuk-mabukan?"
"Tidak."
"Main
perempuan?"
"Hei,
aku tidak serendah itu. Kamu tahu aku, kan?"
"So?"
"I
just remembered someone."
"Your
girlfriend?"
"Nope,
dude." Jengsu menjawab cepat sambil mengoleskan selai coklat di rotinya.
"Something."
"Family?"
Jengsu
hanya diam, lalu duduk di hadapan managernya. Topik ini, topik yang paling
dibencinya.
"Miss
them?" tanya Kim Su Han lagi melihat Jengsu tidak menjawab apapun tadi.
"Ayo,
pergi!" Jengsu beranjak dari tempat duduknya. Lalu berjalan menuju pintu
apartemennya.
"Pulanglah,
mungkin itu bisa membuatmu lebih baik." kata Kim Su Han yang entah
terdengar atau tidak di telinga Jengsu yang sudah pergi menjauh.
***
LEE YUNHO
“Selamat
pagi. Saya Lee Yunho. Saya asisten manager bidang design kreatif. Mohon
kerjasamanya.” Yunho membungkukkan badanya ketika dia tiba di ruangan
kantornya. Kantor design itu cukup besar, menghuni sebuah kawasan perkantoran
di lantai 12 hingga 15. Lantai 12 adalah lobby sedangkan 13 dan 14 adalah ruang
kerja para karyawan. Sedangkan lantai atas diisi dengan para pimpinan
perusahaan.
Saat
ini, Lee Yunho sedang berada di ruangan lantai 14, dengan meja berderet rapi
dengan masing-masing terdapat computer layar datar. Mencerminkan perusahaan
design professional.
Semua
orang di sana hanya menatap Lee Yunho sekilas lalu kembali tenggelam dengan
komputernya. Hanya satu orang yang berjalan mendekati Lee Yunho.
Seorang
wanita dengan mantel merah muda yang dikenali Lee Yunho.
“Selamat
pagi, saya Naomi.” Wanita itu mengulurkan tangannya. “Saya dari Indonesia. Saya
juga baru di sini.”
Wanita
itu tersenyum lebar. Senyum yang tidak asing bagi Lee Yunho.
“Lee
Yunho,” kata Lee Yunho seraya menyambuk tangan Naomi. “Untuk ukuran orang
asing, bahasa Koreamu bagus.”
“Oh.
Ya?” Naomi tersipu. “Aku pernah beberapa kali ke Korea, selain itu aku juga
mengambil kursus di Indonesia.”
“Wah.
Hebat.” Lee Yunho kagum. “Hmm. Aku rasa pernah bertemu denganmu. Tapi di mana?”
“Denganku?”
“Iya.
Wajahmu tidak asing bagiku.”
“Tidak
mungkin. Aku baru tiba di Seoul seminggu yang lalu. Dan aku hanya keuar
apartemen untuk membeli makanan. Bagaimana kita bissa bertemu?”
Yunho
berfikir sebentar, lalu menjentikkan jarinya. “Seminggu yang lalu? Oh ya aku
ingat. Kamu orang yang menjatuhkan barang-barangku di bandara, bukan?”
Naomi
terkejut. Mukanya memerah. Ahh. Sial,
mengapa bisa bertemu saat ini?
“Tahu dari
mana? Maafkan aku.” Naomi membungkukkan badannya. “Aku buru-buru.”
“Mantelmu, aku
ingat. Tidak. Tidak akan ku maafkan.” Ekspresi Lee Yunho mendadak
berubah. “Kamu tahu aku tidak bisa presentasi hari ini. Kotak yang kamu
jatuhkan berisi model design untuk presentasiku. Dan kamu merusaknya.”
Mata
Lee Yunho menajam menatap Naomi. Naomi ketakutan.
“Ma..
maafkan aku,” kata Naomi gugup. “Aku akan berusaha memperbaiki.”
Lee
Yunho mengetuk meja dengan telunjuknya.
“Baiklah.” Ucapnya. “Malam ini, sehabis pulang
kerja, kamu ke apartemenku. Perbaiki semua.”
“Hah?”
“Tidak
mau?”
“Baiklah.”
Naomi menyerah akhirnya. “Aku akan datang.”
“Bagus.
Sepulang kantor kita pergi bersama,” kata Lee Yunho akhirnya sambil berjalan
menuju mejanya. Lee Yunho berbalik sebentar melihat Naomi masih ketakutan.
“Tenang,
aku bukan pria brengsek, kok,” ujar Lee yunho sambil tertawa geli.
Naomi
hanya bisa melongo mendengar ucapan Lee Yunho tadi.
Hei, bagaimana dia bisa tahu
pikiranku?
Tidak ada komentar
Posting Komentar