Selamat datang di rumahku, rumah dari segala rasa yang bertemu.
Pertama-tama, sebelum kau berkunjung, perkenankan aku
memberitahukan aturan yang (masih) berlaku.
Aturan sederhana.
Jika kau menaatinya.
Kau boleh singgah, tapi jangan mengetuk pintu.
Bila kau terlanjur mengetuk, masuklah ke dalam terlebih dahulu.
Sebelum aku datang menyambutmu, lihatlah sekeliling dalam rumahku.
Baguskah?
Baikkah?
Kau suka?
Sesuai seleramu?
Pandangilah sebentar.
Dan.
Nikmati.
Jika kau suka, tunggu aku sebentar.
Aku akan datang menyambutmu dengan membawa sedikit hidangan
berbumbu merah jambu.
Duduklah sejenak.
Lalu.
Berbincanglah denganku.
Tanyakan apa yang ingin kamu tanyakan tentang rumah ini.
Biarkan percakapan demi percakapan ini membawa nuansa yang unik
dalam dirimu.
Pun aku.
Hingga kau sadari, kau sudah...
jatuh hati.
Jika sudah seperti itu, ku perkenankan kau untuk masuk lebih dalam
menelusuri rumahku.
Rumahku sederhana, hanya terdiri dari empat ruangan berbeda.
Satu.
Kau akan menemui ruangan berbungkus kertas dinding bernama rindu.
Di dalamnya terdapat lamanya waktu dan manuver jarak
yang membuat aku tidak bisa bertemu,
denganmu.
Dua.
Kau akan menemui sebuah ruangan yang bercat asa.
Di sini kau akan menemui malaikat-malaikat yang senantiasa
menyenandungkan namamu.
Kau akan melihat tumpukan harapan yang telah aku susun dari saat
kita berbincang,
Harapan itu,
denganmu.
Tiga.
Kau akan menemui sebuah ruangan sempit berwarna abu-abu.
Tempat yang kusebut masa lalu.
Di tempat ini, aku mengubur kenangan masa laluku sebelum denganmu.
Kau boleh tanyakan semua tentang masa lalu, tapi jangan sekarang.
Aku masih ingin,
denganmu.
Empat.
Ini adalah ruangan terakhir yang ingin aku tunjukkan kepadamu.
Ruangan yang terus membesar seiring waktu dari kau datang
berkunjung saat itu.
Ruangan merah muda, tempat dari segala perasaan cinta bermuara.
Perasaan yang membawaku selalu, masih, dan akan terus ingin,
denganmu.
Ini adalah ruangan terakhir yang bisa kau lihat di rumahku.
Kau masih ingat aku punya aturan, bukan?
Tidak?
Kau bercanda.
Aturannya sederhana.
Bila kau sudah masuk ke dalam rumahku, kau tidak boleh
pergi.
Bisakah kau jangan lari?
Mulai saat ini, ku titipkan kunci rumahku kepadamu.
Bila kau pergi, aku tidak (akan) bisa kembali.
Jika memang kau harus pergi, kembalikan kuncinya, dan kosongkan
ruangan ke empat.
Bereskan semuanya jika kau sempat.
Dan kau akan segera masuk ke dalam ruangan ketiga, bersama
tumpukan masa lalu.
Dan akhirnya, rumahku kosong lagi.
Sakit itu datang lagi.
Jadi,
Selamat datang di rumahku.
Rumah di dalam dada sini.
Rumah yang bernama HATI.
Tidak ada komentar
Posting Komentar